Sepulang
dari diklat latihan dasar kedisiplinan selama 10 hari di AAU Jogja, aku cukup
terkejut mendapati banyak tulisan di wall fesbukku. Teman-temanku memberi
dukungan dan semangat menjelang keberangkatanku. Suatu hal yang tak kuduga,
sebab hanya sedikit sekali teman yang kuberi tahu bahwa aku ikut program ini.
Semua
barang-barang yang akan kubawa telah selesai dikemas. Terdiri dari sebuah koper
sedang, 2 tas besar dan sebuah tas laptop. “Jangan lupa semangat pengabdiannya
dibungkus juga, Mbak,” kata salah seorang temanku melalui fesbuk.
Tibalah
tanggal 15 Desember 2011. Kedua orang tuaku, adikku, budeku, Mbak Inda dan
eyangku mengantarkan keberangkatanku. Aku berkumpul bersama rombongan kloter 3.
Ibuku menangis tentunya. Hahaha. Hari itu, aku dan teman-teman kloter 3
meninggalkan Yogyakarta. Pukul 07.30 pagi, garudaku menerbangkanku dari bandara
Adisucipto menuju bandara Ngurah Rai. Transit beberapa jam kemudian ganti
pesawat untuk melanjutkan perjalanan menuju bandara Ende.
Dari
jendela pesawat, terlihat birunya langit dan gumpalan awan cerah yang seperti
kapas. Aku menengok ke bawah. Wow....itulah bumi pertiwiku jika dilihat dari
atas. Hatiku diliputi rasa takjub dan penasaran, seperti apakah tempat yang
akan kutuju itu. Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan impianku untuk mengenal
satu lagi wilayah di Indonesia. Kemarin, Ende masih menjadi suatu angan-angan
dan bayangan saja. Namun, kini aku akan menapakkan jejak-jejak kakiku di sana.
Ende akan menjadi tempat perpanjangan episode hidupku selama satu tahun ke
depan.
Aku
baru mengetahui tentang Ende saat ikut program ini. Sebelumnya, aku tidak
pernah menginjakkan kaki di sini. Sebelum keberangkatan, aku mendapat sedikit
informasi mengenai Ende dari orientasi daerah saat diklat kedisiplinan.
Sisanya, aku mencari informasi melalui internet.
Meminjam
istilah anak jaman sekarang, Galau, itulah rasa yang muncul saat pesawat
mendarat di bandara Ende. Aku turun, melihat tempat dan orang-orang yang asing bagiku.
Kabupaten Ende adalah sebuah kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara
Timur dan ibukota kabupatennya terletak di Kota Ende.
Kesan
pertama saat berjumpa dengan orang-orang Flores adalah galau. Aku butuh
penyesuaian diri untuk memahami logat mereka. Setibanya di Kota Ende, kami
dikumpulkan di dinas PPO Ende untuk mendapat pengarahan mengenai daftar
bapak-mama angkat. Aku, Julia, Teh Erma dan Dian mendapat orang tua angkat yang
sama. Namanya Pak Abu, PNS di dinas PPO. Pukul 18.00 WITA, kami berangkat ke
rumahnya bersama beliau yang juga hadir di Dinas PPO.
Pak
Abu tinggal bersama istri, ketiga anaknya dan seorang keponakan. Anak yang
pertama tidak di rumah karena sedang kuliah di kebidanan Makassar. Mereka
sangat baik dan ramah pada kami. Ya, saya optimis.
Rasanya tidak sulit bagi
kami untuk bersosialisasi di sini. Hanya perlu adaptasi saja. Malam itu kami
dijamu makan oleh bapak-mama angkat. Kami memanggilnya dengan sebutan Abah dan
Ine (ine=ibu dalam bahasa Ende).
“Mai
si ka!” kata Ine . (artinya: mari kita makan.)
Ine
memasak sayur ikan berkuah khas Ende. Hmmm...pedas asin tapi nikmat. Kami
saling bertukar cerita satu sama lain.
Selanjutnya,
waktunya istirahat. Pagi tadi saya masih bersama orang tua, kini dalam hitungan
jam saya telah berda di tempat yang sangat jauh dari mereka. Tidak butuh waktu
lama untuk memejamkan mata karena tubuh ini terasa lumayan letih.
Inilah
awal perjalanan saya kemari. Sampai jumpa di bagian selanjutnya!
(bersambung)
Assalamualaikum mbk ina :)
BalasHapusMbk mohon infonya, mbk tw tempat basecamp PT conbloc nangapada kh??
Ditunggu jawabannya ya mbk
:)
Assalamualaikum mbk ina :)
BalasHapusMbk tau temapt basecamp PT conblock infratecno di nangapada??
Mohon infonya ya mbk :)
Wassalamualaikum
pernah dengar, tapi persisnya dimana sy tdk paham :)
Hapussaya juga sudah tdk berdomisili di sana lg.