Sumber Gambar: Google Images |
Baru 15 menit diaktifkan, ponsel Jenny
bergetar. Satu panggilan masuk.
“Halo.....Iya Vin?”
“Je...kenapa hape lo gak pernah aktif!”
suara di telepon terdengar serak.
“Sori Vin. Kemaren charger gue
rusak. Ini baru sempat beli. Kenapa Vin??? Kok suara lo kayak orang abis nangis
gitu?”
“Lo di rumah gak sekarang? Gue pengen ke
rumah lo. Gue butuh lo buat curhat...”
“Aduh Vin. Gue lagi nggak di Jakarta.
Lagi mau nemenin tante gue belanja. Lo kenapa?? “ Jenny bertanya dengan suara
lembut. Seperti biasa. Jenny selalu sabar dan bersikap dewasa.
Suara Vivin tersendat. “Gue...Gue putus
sama Yoga...Dia mutusin gue!”
“Hah??? Setelah sebulan digantung
akhirnya dia mutusin lo?!” Jenny kaget.
“Tiga hari yang lalu putusnya. Katanya
nggak betah sama tingkah gue yang posesif...manja...cepet ngambek..nggak
sabaran! Selama 6 bulan long distance Jakarta-Bandung gitu doang
alesannya!” kali ini Vivin tidak bisa menahan tangisnya. “Dasar cowok! Pasti di
Bandung dia demen selingkuhin gue! Padahal gue kurang perhatian apa coba Je!”
Jenny mencoba menenangkan sahabatnya itu.
“ Dulu pas baru 4 bulan jadian, lo pernah ngajak Yoga ke pernikahan kakak gue.
Kalo gue liat dari tingkahnya...kayaknya Yoga anaknya baek kok. Masa’ dia tega
selingkuh? Lo tenang dulu ya Vin. Coba tanya baik-baik ke dia...jangan pake
nada emosi...”
“Sejak mutusin gue, dia nggak mau angkat
telpon gue. Bales pesen gue aja enggak! Dia pasti selingkuh!”
“Kita ketemu di kampus aja besok Rabu. Kebetulan
gue ada jadwal bimbingan. Ntar selesai bimbingan skripsi lo cerita lagi deh ke
gue.”
Vivin sesenggukan. “Oke. Makasi Je. Lo
emang sahabat yang selalu ngertiin gue.”
“Lo baik-baik ya. Ya udah. Bye...”
Jenny mematikan loudspeaker di
ponselnya. Panggilan berakhir. “Kamu denger sendiri kan, honey...” Jenny
melirik ke arah cowok di sebelahnya. Cowok yang duduk di belakang setir.
Mobil Yoga berhenti karena lampu merah.
Di depan mereka, tampak deretan kendaraan yang panjang.
Yoga menatap Jenny lekat. “Sekarang aku
lega udah nggak pacaran lagi sama dia. Aku capek, Je. Dia terlalu posesif. Selalu
nuduh. Manja. Bikin ilfeel! ”
“Tapi pada akhirnya kamu selingkuh. Sama
aku.”
“Nggak. Kita nggak selingkuh. Kita kan
baru jadian kemarin, Je. Sedangkan aku putus sama Vivin tiga hari yang lalu.“
“Aku nggak secantik Vivin, honey. Dia
cantik banget, berambut panjang, putih.....”
Tangan kiri Yoga menggenggam jari-jemari
Jenny. “Cowok bisa aja jatuh cinta dan macarin seorang cewek karena suka
pada kecantikannya. Tapi, cantik itu cuma penilaian di awal, Je. Faktor
yang menentukan langgeng enggaknya berikutnya adalah kenyamanan. Buat apa
mempertahankan pacar secantik putri Solo kalo sangat posesif dan nggak
membuatku nyaman sama sekali. Aku udah berbulan-bulan bersabar. Cewek
yang bisa membuat nyaman akan selalu terlihat jauh lebih cantik.”
Jenny tersenyum lagi. Dia menyadari, belum
saatnya membeberkan semua ini pada Vivin.
Jenny tidak memungkiri, dia adalah salah
satu penyebab berakhirnya hubungan antara Yoga dan sahabatnya sendiri. Ah!
Cinta itu adalah pilihan, bukan? Seperti ketika Yoga lebih memilih dirinya dan
meninggalkan Vivin karena ketidaknyamanannya.
Yoga menghentikan mobilnya di parkiran
sebuah pusat keramaian di Bandung. “Ayo, sayang. Udah sampai nih. ”
"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."