Saya dilahirkan di Yogyakarta, 23 tahun silam. Hanya mencicipi hidup di
Yogyakarta selama hampir 2 tahun, saya dibawa pindah oleh orang tua ke Lombok,
Nusa Tenggara Barat karena SK PNS Bapak di sana. Di Lombok, saya menjalani masa
kecil yang bahagia. Tentu banyak suka-dukanya, tetapi lebih banyak kenangan
manisnya. Saking indahnya sampai-sampai memori masa kecil tersebut tidak hanya
tergambar di deretan album foto saja, melainkan juga lekat di otak.
Saya memiliki kedua orang tua yang sangat perhatian atas perkembangan
anaknya, tetangga-tetangga satu kampung yang sudah menganggap kami seperti
saudara, seorang adik yang saya sayangi, saya mencicipi masakan-masakan pedas
khas Lombok yang menggoda lidah, berkeliling Pulau Lombok nan eksotis. Rasanya
tidak seperti sedang di perantauan. Lombok sudah mendarah daging, seolah saya
memang berasal dari gumi sasak itu. Tidak ketinggalan guru-guru di
sekolah dasar yang sangat peduli dengan saya. Saya masih ingat betapa senangnya
saya tiap mendapat honor dari lomba cerdas cermat dan lomba bidang studi yang
kerap saya ikuti di SD. Saya memamerkannya pada orang tua dan orang tua
menyuruh saya untuk menabungnya. Atau...kebahagiaan itu muncul ketika Ibu
pulang dari kantor dan membawakan majalah yang di dalamnya terdapat tulisan
atau karya saya yang dimuat.
Kebahagiaan itu muncul ketika saya
mendapat hadiah paket buku dan uang saku dari SMP saya di Lombok atas sebuah
prestasi kecil. Padahal menurut saya, banyak teman-teman lain yang lebih
pintar. Saat saya menginjak masa pertengahan SMP, orang tua pindah ke Cilacap,
Jawa Tengah. Saya menghabiskan masa remaja saya di kota ini. Sewaktu SMA, bisa
dibilang saya salah jurusan masuk ke IPA. Hahaha...butuh perjuangan berat untuk
melaluinya sampai akhirnya lulus Ujian Nasional dengan nilai yang sangat
memuaskan. Padahal, saya menjalani Ujian Nasional dalam kondisi sakit thypus.
“ Wow, amazing!Kok bisa ya?
Perasaan, temen-temen lain yang lebih pintar nilainya juga segini...” itu yang
terlintas di benak saya saat menerima hasil ujian nasional.
Demikian juga saat masa-masa kuliah S1 di Jogja. Momen-momen mendapatkan
beasiswa dari kampus, KKN PPL, nilai-nilai perkuliahan, Yudisium dan wisuda
yang benar-benar di luar dugaan. Saya nggak pernah berharap tinggi-tinggi,
tidak pula seambisius teman-teman lain, tetapi Tuhan dengan segala keajaibannya
memberikan yang lebih untuk saya. Bahkan, beberapa orang teman kampus
nggak menduga. Bagaimana bisa seorang Ina yang biasa saja bisa meraih
semua itu?
Saya berasal dari keluarga sederhana. Dulu semasa kuliah S1, saya juga
bukan mahasiswa berprestasi di kampus. Dikenal dosen?Tidak. Pandai mengakrabi
dosen?Tidak. Populer? Ah, biasa saja.
Saya hanya sedikit meniru tipsnya Danang A.Prabowo yang terkenal sebagai si
pembuat jejak. Kalau saya sih, menjulukinya sebagai “a lucky man”. Danang
adalah seorang yang semasa menjadi mahasiswa hobi menuliskan 100 impiannya di
sebuah kertas, tidak peduli teman-temannya mengejeknya. Apa yang terjadi?
Perlahan, satu per satu impian Danang tersebut menjadi kenyataan.
Saat kuliah, saya memiliki banyak impian yang saya tulis di kertas empat
tahun silam. Beberapa diantaranya tidak tercapai. Sisanya, terwujud menjadi
nyata. Diantaranya, ingin duduk di deretan depan saat wisuda, lulus kuliah
tepat waktu, mendapatkan beasiswa, memenangkan minimal 1 lomba menulis,
mengajar setahun di pelosok negeri dan kuliah lagi dengan gratis. Alhamdulilah pada bulan Oktober 2012 kemarin, sebuah buku antologi yang memuat satu tulisan saya telah terbit dan berjudul "Simfoni Balqis". Benar
Paulo Coelho bilang bahwa untuk setiap niat baik, alam semesta akan bersatu padu
mewujudkan jalannya.Ah! The lucky women? Yes,
I am one of them!
Sebenarnya, hidup saya tidak seberuntung yang dilihat oleh orang lain.
Hidup saya juga pernah dihantam badai dan masalah bertubi-tubi. Hanya saja,
kecenderungan kita seperti pepatah “rumput tetangga lebih hijau dibanding
rumput pekarangan sendiri.” Padahal, kalau mau ditelaah lebih lanjut,
rumput tetangga lebih hijau karena pupuknya lebih berkualitas, lebih rajin dipangkas
dan dirawat sehingga terlihat indah dipandang. Sama halnya seperti hidup ini.
Orang akan lebih sukses jika ia mau berusaha lebih keras dan rajin, bukan
semata-mata mengandalkan faktor keberuntungan saja.
Saya merasa beruntung telah menjamah tanah Flores selama setahun. Saya
tidak hanya sekedar mengajar, melainkan menimba ilmu langsung dari sekolah
kehidupan yang tidak saya dapatkan selama 4 tahun mengenyam bangku perkuliahan.
Saya bisa melihat bagaimana kearifan lokal begitu melekat dalam masyarakat.
Saya juga menikmati pemandangan alam yang sangat memukau dan alami di Flores,
termasuk menjelajah daerah wisatanya. Dalam usia 23 tahun dan pernah merasakan
hidup di Lombok, Cilacap, Yogyakarta, Flores dan kini Surabaya itu merupakan
anugrah luar biasa bagi saya. Saat ini saya menjalani kuliah Pendidikan Profesi
Guru di Surabaya selama setahun dengan aturan yang ketat dan jadwal yang sangat
padat. Tidak ketinggalan, tugas overdosis. Namun, saya merasa beruntung karena
biaya hidup dan kuliah gratis dari beasiswa.
Yeah. I am 23 years old and feel so
blessed with my lucky life :)
Saya percaya, hidup ini sudah ada yang mengatur. Beruntung atau tidaknya
semua tergantung dari bagaimana orang mengambil hikmah dari peristiwa dalam
hidupnya dan mensyukuri kebahagiaan-kebahagiaan yang telah Tuhan berikan,
sekecil apapun itu. Saya tidak perlu banyak memandang betapa hijaunya rumput
tetangga sebelah. Saya lebih memilih untuk menyirami, memberi pupuk dan merawat
rumput di pekarangan sendiri agar tidak kalah hijau!
Di luar sana, banyak sekali orang yang punya prestasi segudang di usianya
yang masih 23 tahun. Jauh, jauh di atas saya. Namun, saya memilih untuk
mensyukuri pencapaian yang telah saya raih agar termotivasi untuk terus
berusaha lebih baik.
Teruntuk Ayu Citaningtias pemilik
blog My Fingerprints, semoga di usianya yang ke 23 lebih sukses lagi
dengan bisnis butiknya “Gendhiss Boutique” dan makin eksis usaha “Nyonya
Gendhiss” nya. Keren lho...cewek seusia kamu udah punya usaha double kayak
gitu. Maju terus dan makin berkembang ya ^^ Untuk blog nya, moga lebih eksis lagi. Hmmm
blog Ayu ini cenderung ke blog personal tapi isinya komplit ya. Banyak FF nya,
catatan keseharian yang ditulis dengan bahasa yang manis (so kesannya nggak
curhat-curhat amat karena ada pesan morilnya), eh ada hijab style juga.
And...teruslah eksis bikin flash
fiction. Cerita-cerita fiksi pendekmu itu nggak jarang bikin aku terkesiap
karena twist nya di akhir cerita mengejutkan. Wah. Nggak lupa dengan kehidupan
di dunia nyata : cinta, karir, keluarga, persahabatan, studi ke depannya makin
baik lagi. Satu lagi pencapaianmu yang bikin aku salut: di usiamu yang masih 23
kamu udah punya buku antologi berjudul "Harapku Untukmu". Teruslah meramaikan dunia perbukuan dengan
tulisanmu,tahun-tahun mendatang harus terbit buku-buku lainnya lho Yu?? Hehehe !
Kesamaanku dengan Ayu, sama-sama
belum nikah, suka nulis, mengidolakan guru (kalo idola ayu adalah Bu Kas, kalo idolaku adalah ibu wali kelas XII IPA 3 dulu), usia sepantaran tapi nyemplung juga di grup KEB yang mayoritas
anggotanya adalah para emak keren. Doyan lele lela juga? Hahaaa..itu emang
enak. Di Jogja juga ada cabangnya. Yuk bikin KTP palsu biar nama kita LELA,
trus dapat makan gratis deh. Hahaha.
Eh
ngomong-ngomong Ayu pengen segera nikah ya? Kok minta didoakan moga cepet
nikah? Hahahha amieenn...okey deh Yu. Tulang rusuk nggak akan tertukar dengan
pemiliknya. Semoga cepat menuju dermaga cinta...mengarungi bahtera rumah
tangga. Nikah muda itu bukan penghalang prestasi kok! Gak masalah dengan LDR
asal komitmennya sudah kuat :) Apalagi Ayu juga punya usaha sampingan yang bisa jadi sumber penghasilan tambahan.
Ah tu kan Yu...di usia 23 tahun kamu tuh udah banyak
berkarya. Yang penting pede, maka kamu akan keliatan tambah cantik dengan fisik
yang telah Allah anugrahkan untukmu! ^^
"Tulisan ini diikutsertakan dalam 23 Tahun Giveaway Blog My Fingerprints "
Mbak Ina, semakin aku baca blog kamu semakin merasa terinspirasi. kita hanya beda dua tahun dan rasanya mbak Ina sudah melakukan buanyaaaaaak hal sampai pernah mengajar di NTT ya? (bener ga daerahnya)selama setahun. sudah pernah tinggal di pulau lain!! Ommo...keren sekali mbak. Iya aku pernah liat videonya Danang yang akhirnya bisa sampai di luar negeri itu khan? Keren sekali emang diaaaa...Jadi pingin nulis di kertas tentang mimpi2. masalahnya adalah aku nggak tahu jels besok mau jadi apa. Translator, public relation officer, tour guide? hehehe...*malahcurhat
BalasHapusSemangat mbak Ina, pasti bisa jadi guru yang sukses kedepannya!:D
ah hari2mu juga terbingkai dengan manis kok mey.. dari cerita2mu. yach..masing2 hidup kita sbenernya indah klo kita menikmatinya ^^
Hapusso, find your passion! nanti klo dah lulus juga ada jalan /pilihan utk mey, semangat ya dear!
Kita pasti beruntung ya Ina
BalasHapusamien ^^
HapusEverybody is Luck with his/her own Luck. Menurutku keberuntungan itu tidak datang sendiri, itu dikasih sama Tuhan kalau kita minta. Keberuntungan itu tidak ada, itu ditakdirkan. :D
BalasHapustakdir..tapi juga harus usaha.
Hapusgitu kan, pak dokter?
:)
Belum dokter...
Hapuskan sekarang dokter muda.
Hapuskan calon. hwehehe
hayooo siapa yang mau maju, ni mbak Ina juga dah siapkan ????????
BalasHapusinsya allah :)
HapusTerima kasih mbak Ina sudah ikutan giveawayku... terima kasih buat doa2nya..
BalasHapusditunggu pengumumannya ya mbak :)
oke mbak ayu ^^
HapusIna ikutan GAnya juga ya? aku juga ikut heheheh
BalasHapuswah baca pengalamanmu yang dulu2 sangat banyak ya n semuanya berkesan, keren deh kmu Na :)
hihi tenkiu mei :*
Hapus