Hallo sobat! Kali ini Ina ikutan Mimoyoja's Giveaway nich....Dapat infonya waktu blogwalking. Topik giveaway nya adalah menceritakan tentang Hal apa yang paling bermakna dalam hidup kamu dan mengapa demikian??
Tertarik untuk ikutan? Sobat bisa klik infonya di sini atau klik banner giveaway yang ada di bawah postingan ini. Okey! ^__^ Deadline hingga 15 Juni 2013. So, masih banyak waktu.
Kalau hal yang paling bermakna dalam hidupku adalah kasih sayang dari kedua orang tuaku. Mengapa demikian? Sebab kasih sayang dan cinta yang mereka berikan tulus tak bersyarat.
Aku berasal dari keluarga sederhana dan memiliki seorang adik
kandung yang sangat kusayangi.
“Bapak Ibumu nggak bisa memberikan apa-apa kecuali ilmu, Nduk. Maka
Bapak Ibu sudah berniat untuk menyekolahkan kamu. Kamu harus jadi sarjana.
Dengan ilmu yang kamu dapatkan bisa kamu terapkan dalam dunia kerja. ” ~ orang
tuaku.
Nasehat lama itu masih ku ingat hingga sekarang. Bapak dan Ibu
adalah tipikal orang tua yang sangat mempedulikan pendidikan bagi kedua
anaknya. Dalam kondisi perekonomian sederhana, mereka bekerja keras mencari
rezeki halal untuk menyekolahkan anaknya hingga meraih gelar sarjana. Pendidikan
itu penting, itulah motto mereka. Orang tua mulai mengenalkanku pada buku
bergambar dan alat tulis saat aku masih berusia 3 tahun. Sejak itu, aku
semangat masuk ke taman kanak-kanak (TK) dengan alasan “ingin bermain sambil
belajar”. Pernah aku ikut Ibu berbelanja di pasar Praya, Lombok, Ibu membelikan
saya celengan lucu yang ada gemboknya. Ibu mengajariku untuk menabung.
Ibu sering membawakan majalah Bobo sepulang kantor dan berkata:
“Coba ini kamu baca ya. Di situ banyak ilmu yang kamu dapat. Lihat, ada
pengetahuan tentang sains, ada latihan mengerjakan soal ulangan, ada dongeng-dongengnya...”
dengan sabar Ibu membuka halaman demi halaman majalah kepadaku yang masih
berusia 6 tahun. Tidak ketinggalan, Bapak juga turut membelikan majalah Aku
Anak Saleh karena majalah itu banyak mengandung muatan islaminya.
Dulu waktu TK, aku punya banyak sekali boneka. Tiap pulang ke Jogja,
orang tua selalu mengajakku ke toko. Aku bebas memilih boneka mana yang kuinginkan.
Menginjak usia SD, Bapak dan Ibu mengurangi jatah mainan. “Kalau
uangnya untuk beli buku bahasa inggris, majalah atau buku pengetahuan, lebih
bermanfaat lho, Nduk. Karena dapat ilmu.” Itu alasan yang dikemukakan orang tua
ketika aku merengek minta mainan.
Akhirnya mereka berubah haluan. Kalau pulang ke Jogja, mereka tidak
mengajak aku ke toko mainan, melainkan ke Gramedia.
Semasa SMA aku biasa naik angkot ke sekolah dan semasa kuliah S1 di
Jogja aku terbiasa jalan kaki ke kampus. Tanpa membawa motor itu bukan
penghalang bagiku untuk menuntut ilmu.
Ibuku cuma tamatan STM dan kini bekerja di sebuah rumah sakit.
Sebagai tenaga medis? Bukan. Jabatannya tinggi? Tidak. Namun, bagiku beliau
nggak kalah keren dibanding direktris perusahaan ternama. Aku berani bilang
bahwa beliau adalah bunda yang baik. Meskipun sibuk bekerja, beliau tidak
pernah lupa memberikan perhatian pada anak-anaknya. Beliau yang membetulkan letak selimutku sebelum
tidur. Mempunyai waktu untuk mendengarkan ceritaku. Membuatkan teh hangat saat
aku sakit. Bahkan beliau selalu memasak di pagi hari, walaupun jam kantornya
juga pagi (jam 07.30). Beliau yang tidak pernah melupakan urusan dapur. Beliau
yang tidak pernah lupa menyelipkan nama anak-anaknya di setiap rangkaian
doanya. Beliau yang dulu tidak pernah lupa menyanyikan lagu pengantar tidur.
Beliau yang selalu mengucapkan ulangku tepat di waktu fajar. Siapa bilang beliau nggak sehebat wanita dengan jenjang karir sangat mapan?
Bercermin pada masa lalu, setitik keharuan menyelinap di benakku.
“Dengan mengabdikan
profesimu untuk orang lain, kamu telah beramal, Nduk. Sebagai guru, kamu telah
bekerja sekaligus menabung pahala. Kamu juga akan terus belajar sepanjang
usiamu.” ~ quote by: bapak dan ibu.
Terima kasih,
Bapak, Ibu. Semua yang kuraih sekarang tidak akan terjadi tanpa restu dan
doamu. Saat ini, Bapak dan Ibu berdomisili di Cilacap, sedangkan aku di
Surabaya menjalani Pendidikan Profesi Guru. Ah, sejauh apapun aku pergi,
pelukan dan cinta kasih kalian adalah rumahku. Surga kecilku.
You
are my guardian angel. You are my teacher. You are my inspiration. You are my
spirit. YOU ARE MY LIFE.
:') terharuuu ...
BalasHapussemoga sukses!
oiyaaa, mau kasih tahu aja. sayang bgt km gak jd ikutan kuis buku yg di blog-ku. padahal pemenangnya banyak, bukan cuma 1 :p Hihihi. Keburu pesimis sih
aih mbak tha :-D
Hapuswah, inspiratif mbaaak...keluarga mbak Ina daebak sekaliii...hehehe...
BalasHapussama, aku juga kuliah udah hampir 4 tahun nggak ada sepeda juga nggak apa apa. sudah bisa kuliah itu sudah alhamdulllah luar biasa.
Semangat buat mbak Ina, kamu pasti BISA!!! sekarang sibuk apa emangnya mbak?
tenkiu dear ^^
HapusLagi sibuk kuliah pendidikan profesi guru di surabaya..
beasiswa setelah setahun ngajar di NTT.
wah keren....
BalasHapusterharu :')
tetap semangat menuntut ilmu ya :))
makasih vera :)
Hapussemoga selalu rukun ya keluarganya
BalasHapusamieennn :)
Hapusyah, bagaimanapun keluarga memang tetep diatas segala-galanya, ibarat kecap, kgak ada kecap yg no 2.. #apa hubunganx keluarga ma kecap ya..???
BalasHapusbaca tulisan ini jdi inget jaman kuliah dulu, saia ini termasuk mahasiswa yg gagal, saking gagalx untuk membacapun saia sulit bu guru.. #looh..
kalo menulis, sulit gak? hahaha
Hapusmembaca postingan mbak di atas bikin mataku berkaca-kaca... :")
BalasHapus*love my family so much tooo
:')
HapusSukseesss! Ceritanya mengharukan,, dan km menaangg !! ^^
BalasHapusFollow back blog aq yaa ^^
http://visitkarlina.blogspot.com/