Mejeng di bus Surabaya Heritage Track |
Kamis, 15 Agustus 2013
Selasa, 13 Agustus 2013
Tahun 2012, saya berdomisili di Kabupaten Ende, Flores, NTT selama setahun. Sejarah kehidupan saya
yang beberapa kali berpindah tempat membuat saya menemukan khazanah keberagaman
dalam Indonesia. Keberagaman dan perbedaan yang ada di segala penjuru tanah air
ini tentunya melahirkan kelompok mayoritas dan minoritas yang tak dapat
dipungkiri lagi. Perbedaan yang ada bisa
ditinjau dari segi agama, budaya, suku, ras, dan status sosial.
Dalam
lingkup sehari-hari, kelompok mayoritas dan minoritas dapat dilihat dari
hubungan sosial dan pergaulan. Misalnya, seorang anak etnis A dikucilkan oleh
teman-temannya yang mayoritas etnis B. Perkelahian antar umat beragama sebagai
sebuah isu yang sensitif bisa juga terjadi jika tidak adanya toleransi. Ada
siswa di suatu sekolah yang dikucilkan hanya karena warna kulit dan fisiknya
berbeda dengan kebanyakan teman-temannya. Seseorang yang sejak kecil terbiasa
hidup di lingkungan yang heterogen biasanya akan lebih mampu menerima
perbedaan. Berbeda jika seseorang tidak pernah diajari tentang bagaimana
menyikapi keberagaman, ia hanya terkurung dalam pemikirannya tanpa mau membuka
hati terhadap sebuah perbedaan. Maka, ia akan cenderung sulit menerima orang
lain yang memiliki perbedaan latar belakang dengan dirinya.
Langganan:
Postingan (Atom)