KOMPAS.com — Meninggalnya FDS, mahasiswa baru di sebuah institut di kota
M, diduga akibat disiksa oleh oknum fendem (panitia keamanan ospek) yang berlangsung
pada 9-13 Oktober 2013 lalu.
Menurut
rekannya, FDS, mahasiswa baru asal Mataram, Lombok, NTB, itu disiksa karena
berupaya untuk melindungi para mahasiswa lain yang mengikuti ospek. "FDS
mencoba melindungi peserta ospek lainnya. Upaya itu diketahui oleh pihak
panitia. Saat itu, panitia semakin brutal kepada FDS," kata Lalu Mustaqim,
koordinator aksi, kepada Kompas.com,
Senin (9/12/2013).
Dikutip dari
Demikian
berita yang saya baca di internet belum lama ini. Saya jarang sekali menonton
televisi kecuali pada saat berada di rumah di Cilacap. Untung aja sekarang
internet semakin booming sehingga berita-berita terkini pun dengan
mudahnya diakses via internet maupun akun-akun berita di twitter. Kasus
kematian bukan yang pertama kali ini saja terjadi saat pelaksanaan orientasi
mahasiswa atau ospek atau kegiatan dalam area intitusi pendidikan. Berita
terakhir kabar kematian yang terjadi beberapa bulan silam itu membuat banyak
pihak sekaligus saya , terhenyak.
Masa
orientasi siswa maupun mahasiswa idealnya adalah ajang pengenalan siswa atau
mahasiswa baru ke dalam lingkungan dan aturan dalam jenjang pendidikan baru
yang akan ditempuhnya. Memang, sebagian kegiatan orientasi tersebut tidak lepas
dari aturan yang bersifat senioritas. Masih ingat masa orientasi siswa (MOS)
yang pernah kita alami?
Ada
yang disuruh nyanyi kalau terlambat masuk, diwajibkan memberi hormat kalau
ketemu kakak pembina OSIS, latihan kedisiplinan yang kadang dibuat-buat untuk
ajang cari kesalahan dan hukumannya harus minta tanda tangan kakak
kelas..hehehe. Ada yang disuruh kuncir rambut pakai tali rafia warna-warni. Ada
yang dihujani dengan hukuman permainan-permainan yang lucu dan konyol. Atau peraturan
baris-berbaris yang sangat ketat.
Atau
saat OSPEK. Banyak ajang perpeloncoan disuruh penugasan ini-itu yang ribet dan
bikin jam tidur kurang. Serta agenda OSPEK yang full dari pagi sampai maghrib.
Katakan
lah saja, cara-cara itu digunakan untuk ‘mendisiplinkan si anak baru’ agar
nggak cengeng dan nggak manja. Oke sih...asalkan masih dalam batas koridor yang
bersifat wajar. Bagaimana dengan berita kematian di atas?
Si
korban sudah kepayahan, dengan kondisi fisik yang tidak kuat lagi mengikuti
kegiatan dan tidak diperkenankan untuk minum dalam jumlah yang cukup, ditambah
dengan penyiksaan fisik lainnya oleh para senior. Korban yang berasaldari
jurusan planologi tersebut menghembuskan nafas terakhir di lokasi. Entah
seperti apa perasaan orang tua korban saat mengetahui kabar tentang kematian
anaknya yang (bisa dikatakan) tidak wajar. Sedih? Tentu. Bahkan seandainya saya
jadi orang tua atau sodara korban, kalau bisa saya akan menuntut para pelaku
agar dihukum seadil-adilnya.
Mungkin
di mata mereka , mem-bully anak baru kesannya keren.
Yach...hitung-hitung sebagai pelajaran uji ketahanan psikis. Namun, menurut
saya cara-cara yang tidak wajar seperti itu lebih terkesan ke arah yang menunjukkan
“Ni lho, gue senior! Lo mesti patuh sama gue..nurut sama semua aturan gue!”
Namun,
tidak adakah cara yang lebih memanusiakan manusia daripada sekedar penyiksaan
berkedok ospek? Seakan nyawa itu harganya ‘murah’...
Beruntung
saya tidak pernah mengalami maupun melihat secara langsung masa orientasi yang
menyebalkan. Waktu SMA seleksi masuk OSIS, paling-paling disuruh bangun tengah
malam..berdiri di lapangan dalam posisi berdiri tegak..nggak boleh gerak..atau akan
dibentak-bentak, disuruh ngapalin nomer pesertaku yang jumlahnya 29 digit
angka. Besoknya, diuji presentasi spontan tentang pengetahuan OSIS...trus
hiking...diceburin di kali. Gitu aja. Sedangkan sebagian jam masa orientasi
siswa di SMA diisi dengan materi yang diberikan oleh kepala sekolah, guru dan
kakak OSIS.
Waktu
SMP, paling-paling disuruh nyanyi, joget kalau melakukan kesalahan.
Waktu
OSPEK malah lebih selow lagi. Secara anak Fakultas Ilmu Pendidikan jadi
OSPEKnya full tentang materi-materi, pengenalan area dan struktur kampus, atau permainan yang bersifat edukatif di
lapangan. Ada juga penugasan yang cukup ribet, ya enggak apa-apa...namanya juga
OSPEK.
Saat
pembekalan sebelum ke daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan), saya dididik
selama 10 hari di Akademi Angkatan Udara (AAU) bersama peserta lainnya. Nggak
tanggung-tanggung, yang melatih kami adalah pelatih TNI dari AAU. Siapa bilang
untuk menguji ketahanan mental dan nyali seseorang harus menggunakan kekerasan?
Pada
hari pertama kami jalan kaki mengelilingi area AAU yang jauhnya kira-kira 10-15
kilometer. Kami diajari untuk disiplin. Bangun saat adzan subuh, olahraga,
sarapan tiga kali sehari dengan teratur dengan menu yang bergizi. Kami
diingatkan cara mensyukuri makanan dengan cara WAJIB menghabiskan porsi makanan
yang diambil di piring. Setiap meja diatur dan diisi dengan 6-8 kursi dan sudah
disediakan porsi makan, minum, lauk dan buah yang wajib dibagi oleh anggota
tanpa bersuara.
Ada
juga uji ketahanan fisik dan kedisiplinan berupa baris berbaris dan latihan
upacara yang....sangat ketat. Peringatan bahwa baju kami harus selalu rapi.
Nggak rapi sedikit saja, pelatih akan membentak kami. Apakah yang benar-benar
sakit diperbolehkan istirahat? Oh tentu saja. Bukan sekedar boleh istirahat,
melainkan juga diberi obat.
Ada
juga porsi uji keberanian dengan merayap di tali di ketinggian, rafting
(terjun bebas dengan tali pengaman dari ketinggian 15 meter), sampai lintas
danau dengan merayap di tali). Sebagian peserta merasa takut, tetapi para
pelatih men-sugesti kami agar percaya dengan kemampuan diri bahwa sebenarnya
kami BISA. Tidak sekedar kegiatan yang
melelahkan, kami diberi banyak materi yang berbobot. Akhirnya tidak sekedar ilmu
dan pengalaman yang didapat. Ada kebersamaan sesama peserta yang hampir semua
belum saling kenal pada awalnya.
Menurut
pandangan saya, sistem masa orientasi yang di luar batas kewajaran tidak
mustahil untuk dihentikan. Untuk memunculkan ‘kesadaran’ bagi pelaku sebenarnya
bisa dimulai dengan ketegasan yang seharusnya diberikan oleh pihak petinggi
dari institusi pendidikan yang berwenang berupa larangan atau sangsi yang akan
dikenakan jika melakukan tindakan di luar batas dan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan kampus
secara maksimal.
Salam
Edukasi dari Surabaya :-)
masih ada ospek yang keras seperti itu ya ternyata
BalasHapus:-( nggak pantas mbak ospek semacam itu.
Hapuskalau di kampus swasta setahu saya jarang, tp kalau di negeri mungkin ospek masih terus di budayakan. Tapi, tergantung regulasi dr rektor kampus tsb.
BalasHapusasal ospeknya masih wajar2 saja nggak masalah mas. malah perlu :-)
Hapusitu baru sebatas ospek bagi mahasiswa dan mahasiswi yang tak wajar, bagaimana dengan perploncoan para calon angkatan bersenjata baik darat, laut dan udara oleh para seniornya yang mengerikan jika kita liat video beritanya di televisi - televisi? Selain korupsi, entah mengapa mem-bully dengan kekerasan menjadi tradisi di negeri ini T,T Alasan apapun tak bisa menegaskan bahwa kekerasan itu dibenarkan kecuali dalam hukum yang adil. Bagaimana jika kegiatan OSPEK materinya diperbanyak dengan pelajaran moral? Ditujukan agar calon mahasiswa mempunyai bekal moral yang ideal dalam mengarungi pembelajaran sampai lulus nanti, sehingga jika sukses pada akhirnya tidak akan melakukan tindakan KKN di segala aspek. Ingat sila ke - 2 berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab.
BalasHapuskalau untuk taruna angkatan saya sering dengar cerita bahwa masa perpeloncoannya "menyeramkan" . tapi memang disetting demikian untuk melatih mental mereka, apalagi sisstem pendidikan militer juga berat. porsinya disesuaikan dgn tuntutan pekerjaan mereka nantinya. saya rasa, kalau hanya untuk takaran mahasiswa biasa atau sipil, tdk bs disamakan dgn militer, yg ada hanya sewenang2 (contoh kasus STP*N / IPD* dulu)
HapusKadang sering dengar kata "balas dendam" pada ospek atau mos. Tapi ya gak gitu juga kalik ya, Mba. Nyawa sampai melayang kan berdosa. Hadeeh.
BalasHapusMending ketahanan fisiknya seprti yang dijelaskan tadi, baris ber baris, atau lari jarak pendek. Hehehe
seniornya sewenang2 nih..
Hapusserem juga ya kalau ada kekerasan di ospek. aku sendiri sih belum pernah mengalami ospek dan sepertinya di kampusku aman2 saja :)
BalasHapussyukurlah :)
Hapuskriminalitas itu namanya, hrs di hukum seadil2nya tuh...
BalasHapusseharusnya begitu.
Hapusospek apa sabung ayam ya itu. ngeri banget..ya allah..
BalasHapuskasian korbannya :(
HapusOspek di kampusku dulu gitu kak, universitas negeri. Tapi skrng udah gak ada lagi hahaha.. Tapi angkatanku masih sempet merasakannya. Disuruh jalan di Got, terus ditendang dari atas. Hahaha xD
BalasHapusWe O We O wow!
Hapus:-D
Dulu saya pernah jadi panitia MOS ka pas SMA, bagian yang marah-marah gitu, tapi setelah dua hari teriak-teriak marah-marahin siswa baru, saya kecapekan dan akhirnya sakit. Mungkin emang takdirnya buat ga bikin dosa banyak-banyak :") dan pas di univ. saya juga jadi panitia ospek, koordinator acara waktu itu, dan kita bisa kok bikin acara ga pakai kekerasan dan mendapat sambutan positif jjuga dari mahasiswa barunya. Awal masuk sekolah atau univ harusnya disuguhi yang bagus-bagus dong yaa, bukan dimarah-marahin -__-
BalasHapusidealnya begitu :-D
Hapusiyaa. suka ngeri sama pemberitaan ospek yang makan korban.. tahun ajaran baru kemarin lumayan banyak tuh pemberitaan ttg kekerasana ospek, padahal udah disampaikan untuk enggak pake kekerasan toh kekerasan kayak gitu gak ada mendidik mendidiknya.. jauh dari tujuan ngospek yg sebenarnya...
BalasHapusitulah realitanya...
Hapustuh yang nyiksa kemarin akhirnya dipenjara nggak ya mbak?? gedeg banget ngeliatnya, kasihan banget korbannya jauh jauh belajar malah tewas sebelum mulai belajar...biadab bener dah!
BalasHapusiya, samaaa..alhamdulillah dulu OSPEK aku seru seru aja nggak ada yang nyiksa nyiksa gimana gitu, malah cuman lucu lucuan aja gituu..udah gitu juga para senior di hari terakhir gitu mereka pada salaman minta maaf, udah abis itu nggak ada dendam mendendam..coba semuanya diambil fun kek gitu yak
asik tuh kalo misaalnya ospek fun kayak gt ya :)
HapusSebenarnya yang harus diedukasi ya semua. Mulai dari pihak rektorat yang meloloskan kegiatan OSPEK tersebut, panitia OSPEK, dan mahasiswa/ i yang diospek itu. Semuanya, tentang bagaimana seharusnya OSPEK yang baik dan benar, bukan melulu tentang kekerasan. Biasanya kekerasan hanya akan menimbulkan sakit hati dan dendam ketika ada yang diospek tidak terima dengan perlakuan tersebut.
BalasHapusYuk, sama sama membuat pendidikan ini aman dan nyaman, serta menyenangkan :)
ayo! ^^
Hapusseharusnya ospek bukan jadi ajang perploncoan tapi dipakai untuk sarana mengenal kampus, teman dan lingkungan baru
BalasHapusmiris Ina lihat berita2 sekarang, kebanyakaan ospek dipakai utk kekerasan samapi ada yg meninggal dunia.. semoga nantinya tidak terjadi lagi aamin
kalo aku dulu sih gak ngalamin yg kyk gt
untung kita gak pernah mengalaminya :)
HapusKekerasan dalam ospek jelas tidak manusiawi lah, tapi ospek sebagai ajang untuk saling mengenal dan saling memberi informasi. dalam hal inilah kemudian ospek menjadi penting :)
BalasHapusospek penting asalkan kegiatannya bnr2 sesuai utk mhsiswa baru
Hapusaaw, aaaw, itu tetangga kampus saya.
BalasHapusemang beritanya kaya ditutup - tutupi gitu deh.
aneh tuh emang kampusnya u,u
waduh..
Hapus