Iseng ngetik keyword dengan nama sendiri ternyata berbuah manis. Google seperti mencatat sejarah kita di internet. Saya menemukan artikel saya yang dimuat di majalah online (e-magz) "The Travelist". e-magz ini linknya http://the-travelist.com
Sebenarnya tulisan ini sudah lama sich dimuat di The Travelist. Lupa kapan pastinya. Hmmm ada sekitar setahun yang lalu. Nggak apa-apa deh diposting di blog. Buat nambah-nambahin cerita perjalanan. Ah serasa jadi duta pariwisata yang lagi promo aja. haghaghag :-D
Majalah ini khusus memuat tulisan perjalanan wisata dan diutamakan wisata dalam negeri.
Berikut artikel saya , yang dimuat di http://the-travelist.com/index.php/pulau-rinca
saya copas di sini deh.
Melihat
naga purba alias komodo? Ah, sudah sering tuh. Tapi cuma gambarnya doang, atau
hanya melihat di layar televisi kan?. Nah, pada ekspedisi kali ini saya dan
teman-teman berkesempatan langsung untuk mengunjungi taman nasional komodo.
Dari
Labuan Bajo, kami bersiap untuk menuju taman nasional komodo dan menyewa kapal
motor sebagai sarana transportasi menuju rumah komodo. Seperti info yang saya
ketahui, salah satu satwa raksasa yang unik dan langka adalah komodo (Varanus
komodoensis). Para wisatawan asing menyebut komodo dengan istilah dragon.
Komodo hanya dapat dijumpai di Taman Nasional Komodo yang telah ditetapkan
sebagai a World Heritage Site oleh UNESCO. Selain Pulau Komodo, pulau lain yang
termasuk dalam bagian Taman Nasional Komodo adalah Pulau Rinca.
Pulau Rinca memang tidak seluas pulau Komodo. Guide
memberi informasi bahwa komodo akan lebih mudah dijumpai di Pulau Rinca karena
selain jumlah komodonya lebih banyak, tekstur alam pulau ini juga lebih datar.
Untuk menuju Pulau Komodo, dari Labuan Bajo harus menyeberang menggunakan kapal
motor selama 4-5 jam, sedangkan untuk menuju Pulau Rinca waktunya lebih singkat
yaitu 2-3 jam. Hari itu, kami memutuskan untuk mengambil short trip mengunjungi
sang naga purba di Pulau Rinca.
Menempuh perjalanan di laut, kami bisa melihat
pemandangan laut yang luar biasa indahnya. Tampak perbukitan dan pulau-pulau
kecil yang memukau pandangan mata. Terkadang ikan-ikan bermunculan melompat ke
atas permukaan laut. Suara musik yang diputar melalui handphone menambah
suasana bahagia kami di atas kapal motor. Setelah menempuh hampir tiga jam
perjalanan, kapal motor berkapasitas 15-20 orang ini merapat ke dermaga Loh
Buaya di pulau Rinca. Dengan bersemangat, saya turun dari kapal motor dan
melangkahkan kaki di sepanjang jembatan kayu menuju gerbang masuk taman nasional
komodo. Seperti mimpi saja, bisa mengunjungi langsung taman nasional komodo
yang selama ini saya lihat di media massa dan media elektronik.
Pulau Rinca memiliki hamparan alam yang menakjubkan.
Kami berjalan sekitar lima menit melewati patung komodo setinggi tiga meter
yang terletak tidak jauh dari pintu dermaga. Wow! Saya merasa seperti terjebak
di gurun-gurun yang ada di Afrika! Bagaimana tidak, kami disuguhi pemandangan
pulau Rinca yang nampak seperti gurun savana. Indah, tetapi tandus dan gersang.
Namun, pemandangan gersang itu tidak lama. Berikutnya sudah banyak pepohonan
bakau yang tampak menghiasi habitat sang naga purba ini. Sesampainya di posko,
kami lapor diri ke petugas sambil menunggu pemandu (rangers) datang. Pemandu
inilah yang nantinya akan menemani trekking sekaligus mengamankan kami dari
kawanan komodo yang buas. Pemandu juga membawa kayu dengan panjang sekitar dua
meter yang memiliki ujung menyerupai huruf Y dan digunakan untuk menghalau
komodo yang mendekat.
Kami berpapasan dengan para bule yang mengunjungi
pulau ini. Di dekat kantor, kami melihat seekor anak komodo yang lincah,
berjalan kemudian memanjat pohon. Lidahnya menjulur-julur keluar. Saya merasa terpukau
dan mendekat untuk memotret anak komodo yang lucu itu. Tak disangka, si anak
komodo berbalik dan berjalan menuju arah saya! Saya merasa takut dan segera
naik ke kantor posko. Di dalam posko, seorang petugas tertawa mendengar cerita
saya dan memperingatkan saya supaya menjaga jarak 3-4 meter dari si naga purba
yang sangat peka terhadap bau darah itu. Jika merasa terusik, komodo bisa
menyerang dengan tiba-tiba.
Rangers berkata bahwa komodo aktif berjalan-jalan pada
pukul 09.00-11.00 pagi dan 15.00-17.00 sore. Kami ditawari dua pilihan
trekking, yaitu short dan long track . Mengingat waktu yang sudah beranjak
siang, kami memilih short track. Melewati jalur trekking, kami disuguhi
pemandangan perbukitan dan hutan yang indah. Semuanya tampak alami. Teriknya
matahari dan cerahnya langit menghiasi perjalanan trekking. Selain itu, ada
juga kerbau liar yang sedang berkubang. Kata rangers, seekor komodo biasa
memangsa kerbau dan rusa. Kami dilarang berisik saat berjumpa dengan komodo di
alam bebas. Apalagi komodo ini sadar kamera juga ternyata. Seekor komodo
langsung mengangkat kepalanya saat seorang teman memotretnya dengan kamera.
Perjalanan trekking pendek yang memakan waktu sekitar
satu jam diakhiri dengan melewati dapur yang berupa rumah panggung. Di situ,
terlihat delapan ekor komodo sedang bermalas-malasan. Ranger mengatakan bahwa
komodo-komodo itu suka berdiam di dekat dapur karena sering diberi makan.
Selain itu, bau amis yang sering muncul dari dapur membuat mereka betah berada
di sekitar dapur. Tidak mau kehilangan momen, saya mengabadikan para komodo itu
dengan kamera digital. Ah, andai saja tidak berbahaya, rasanya ingin memeluk
hewan berukuran 2-3 meter yang memiliki berat 90-100 kilogram itu. Berbahaya?
Ya. Selain dikenal dengan sebutan hewan pemangsa, rupanya air liur yang menetes
dari sari lidah sang naga purba ini mengandung 60 bakteri yang mematikan.
Pemandu kami bercerita, pernah suatu hari ada seorang pemandu yang terkena air
liur komodo saat melindungi wisatawan yang sedang trekking. Pemandu tersebut
segera dilarikan ke Denpasar untuk mendapat pengobatan sebelum berakibat fatal.
Saya beristirahat sejenak di restoran yang disediakan
di pulau Rinca sambil ngobrol-ngobrol dengan teman-teman satu rombongan dan
guide kami. Ups, kalau mau makan dan minum di restoran, bayar sendiri ya. Di
restoran ini juga dijual cinderamata, tetapi saya memilih untuk membeli
cinderamata di dekat penginapan kami saja.
Sekitar pukul 13.30 WITA, kami kembali menuju kapal
motor untuk menyantap makan siang yang disediakan oleh pihak kapal. Hmmm...
perut saya yang lapar pun terobati dengan menyantap menu makan siang berupa
ikan bakar. Kami meninggalkan pulau Rinca dan para komodo. Perjalanan pun
berlanjut ke pulau kecil bernama Pulau Kelor dan Pulau Bidadari dengan pantai
pasir putihnya yang cantik. Saya tidak memiliki keinginan untuk tidur meskipun
perut sudah kenyang dan badan terasa agak lelah. Sebab, hamparan pemandangan
laut yang indah sungguh sayang untuk dilewatkan! Kunjungan ke Pulau Kelor dan
Pulau Bidadari adalah bonus seusai mengunjungi taman nasional komodo.
Waktu beranjak semakin sore. Kamipun melanjutkan
perjalanan untuk kembali ke Labuan Bajo. Dari atas kapal saya menikmati suasana
senja dan sunset. Perjalanan saya ini membuat saya semakin kagum akan
keanekaragaman wisata alam di Indonesia. Apalagi kini pemerintah sudah
memperhatikan Taman Nasional Komodo untuk melestarikan komodo yang merupakan
satwa langka. Saya merasa beruntung bisa berwisata ke rumah ora (sebutan untuk
komodo dalam bahasa daerah). Taman Nasional Komodo memang pantas dijadikan
salah satu keajaiban dunia. Maju terus Taman Nasional Komodo! Maju terus
pariwisata Indonesia!
Kalau mau memakai fotonya untuk keperluan lain, jangan lupa sertakan sumbernya yaitu link url artikel blog ini.
buat
saya semakin kagum akan keanekaragaman wisata alam di Indonesia.
Apalagi kini pemerintah sudah memperhatikan Taman Nasional Komodo untuk
melestarikan komodo yang merupakan satwa langka. Saya merasa beruntung
bisa berwisata ke rumah ora (sebutan untuk komodo dalam bahasa daerah).
Taman Nasional Komodo memang pantas dijadikan salah satu keajaiban
dunia. Maju terus Taman Nasional Komodo! Maju terus pariwisata
Indonesia! - See more at:
http://the-travelist.com/index.php/pulau-rinca#sthash.cReL9c8U.dpuf
Dari
Labuan Bajo, kami bersiap untuk menuju taman nasional komodo dan
menyewa kapal motor sebagai sarana transportasi menuju rumah komodo.
Seperti info yang saya ketahui, salah satu satwa raksasa yang unik dan
langka adalah komodo (Varanus komodoensis). Para wisatawan asing
menyebut komodo dengan istilah dragon. Komodo hanya dapat dijumpai di
Taman Nasional Komodo yang telah ditetapkan sebagai a World Heritage
Site oleh UNESCO. Selain Pulau Komodo, pulau lain yang termasuk dalam
bagian Taman Nasional Komodo adalah Pulau Rinca - See more at:
http://the-travelist.com/index.php/pulau-rinca#sthash.cReL9c8U.dpuf
Nur Fajrina Rakhmawati
Melihat naga purba alias komodo? Ah, sudah sering tuh. Tapi cuma
gambarnya doang, atau hanya melihat di layar televisi kan?. Nah, pada
ekspedisi kali ini saya dan teman-teman berkesempatan langsung untuk
mengunjungi taman nasional komodo.- See more at: http://the-travelist.com/index.php/pulau-rinca#sthash.cReL9c8U.dpuf
Nur Fajrina Rakhmawati
Melihat naga purba alias komodo? Ah, sudah sering tuh. Tapi cuma
gambarnya doang, atau hanya melihat di layar televisi kan?. Nah, pada
ekspedisi kali ini saya dan teman-teman berkesempatan langsung untuk
mengunjungi taman nasional komodo.- See more at: http://the-travelist.com/index.php/pulau-rinca#sthash.cReL9c8U.dpuf
Menyambangi Sang Naga Raksasa di Pulau Rinca
Menyambangi Sang Naga Raksasa di Pulau Rinca
Pengen banget jalan-jalan ke sana. Tapi berapa ya ongkos pulang-pergi dari Purwodadi, hehehe...
BalasHapusjauh banget :-D
HapusAh jadi pengin ke sana juga. Jangan jalan2 sendiri sih yg paling penting, ntar tinggal nama doang di sana :))
BalasHapusKomodo katanya kalo lari laju ya? Liat dia lari gak di sana?
kalo anak komodo larinya kenceng, iya sih aku aku liat.
Hapuswah keren artikelnya bisa masuk majalah gitu kak. apalagi kalo jalan2nya juga gratis. kerennya 2 kali hahay..
BalasHapusmaju terus pariwisata indonesia !
mantap tu ya klo gratis
HapusAsik nih Pulau Komodo, apa lagi kalau gratis hehe. Bagus tulisannya, sampai dimuat di majalah online gitu..
BalasHapusBtw, Komodo yang sadar kamera itu pas dipoto pake monyong-monyongin bibir nggak? haha
gak gratis aja udah asyik kok.
Hapuskereeeeeeeeennn mbak Inaa..aku paling suka sama air berkilah kilah dengan background gunung kayak begituu..asri dan indyaaahhhh biniiittttt :D ahh, walo lama tapi nggak kadaluwarsa kalo jalan jalan mah..
BalasHapusiya gak kadaluarsa meskipun gak ada bahan pengawetnya hehe
HapusWah.....tulisan ini pernah di masuk e-Magz (y)
BalasHapusPengen juga ngerasaain bisa ketemu langsung ama tu komodo2... kalo emang bisa .. gue bakal minta foto bareng ama dia :3
foto bareng? hoho boleeh. sekalian minta tanda tangannya juga boleeh
Hapus#ups
Aduhh....baru aku yahh yg blogwalking kesini..hadohh.. tu orang pada kemana yakk
BalasHapuswah seru nih jalan2nya anak backpeker.. yah.. jalan2 ke Sulawesi Selatan, disini ada Tana Toraja, dan Taman Kars Seru loh :)
iya mahal juga hehe
BalasHapusBeeeeuhh. Liat komodo asli sedeket itu? Gilaak. Gue belom pernah kak. Selama ini sih cuma liat di tipi tipi doang. Minimalnya di koran ato majalan gitu. Dan kalo ketemu nyata, gue bakal sering berkilah "BEEEUUUH"
BalasHapusLiat fotonya yang komodo males-malesan gitu rasanya wow banget deh. Kayak gak takut ye kakak di kejer sama komodonya.
Ikutan kayak gitu bayar berapa ya kak?
bayarnya? eh . hehehe... kasi tau gak ya?
HapusWuih, asik ya. Pemandangannya indah banget lagi! Tapi Lia takut sama komodonya >,<
BalasHapushehehe lucu lho bisa dipeluk (dalam mimpi)
Hapuskeren...salam kenal dari OpensTrip
BalasHapusyuupz salam kenal
HapusJadi pingin lihat komodo secara langsung nie, gak hanya lewat layar televisi saja. Taman nasional komodo ini sudah seharusnya dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu wisata kebanggan Indonesia
BalasHapus