SMAN
1 Bantul, yang
berlokasi di Kab.Bantul, DIY, adalah sebuah sekolah yang inspiratif bagi saya.
Sekolah ini adalah sekolah tempat saya menjalani praktik pengalaman lapangan
(PPL) alias praktik mengajar saat saya masih menjadi mahasiswa. Saat itu saya
semester 6, tahun 2010. SMAN 1 Bantul menyandang status Rinstisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI). Ada banyak poin yang membuat saya kagum pada
sekolah negeri favorit ini, yaitu:
SMAN 1 Bantul di Tahun 2010 , doc:pribadi |
1. Siswa-siswa yang masih menjunjung tinggi unggah-ungguh atau tata krama pada yang
lebih tua. Bahkan terhadap mahasiswa PPL, siswa umumnya tetap sopan dan menghormati.
Saat berbicara pada guru, siswa-siswa yang sebagian besar asli dan besar di DIY
menggunakan bahasa jawa halus (krama).
Siswa juga bersalaman dan mencium tangan guru. Bahkan, banyak siswa yang naik
sepeda ke sekolah. Sebagian lainnya naik kendaraan umum dan sepeda motor. Suatu
hal yang jarang saya jumpai di sekolah-sekolah. Meskipun demikian, fasilitas
sekolah komplit lho.
2. Guru nggak memaksakan siswa beli buku-buku paket
yang harganya mahal. Pakai LKS dan tambahan fotokopian handout juga boleh.
3. Siswa-siswa menuturkan kalau guru nggak ‘memaksakan’
siswa yang pintar secara akademik harus masuk IPA. Semua disesuaikan dengan
minat dan bakat siswa.
4. Peraturan disiplin nggak hanya berlaku bagi siswa.
Jam 7 pagi gerbang ditutup, jadi siswa dan guru yang terlambat harus menunggu
di luar gerbang sampai 30 menitan. Nah lho, malu sendiri kan kalo telat.
Hehehe....kecuali ada alasan tertentu yang sangat mendasari atau mendesak sehingga menyebabkan terlambat ke sekolah.
5. Jumlah siswa dibatasi. Satu kelas hanya berisi
28-32 siswa dengan jumlah 6 kelas untuk kelas X. Sehingga, proses pembelajaran
lebih kondusif.
6. Banyak guru menerapkan metode
pembelajaran yang menarik saat mengajar.
gambar 1: Mendikbud dan Kepsek SMAN 1 Bantul saat peresmian Kurikulum 2013 di SMAN 1 Bantul |
Beberapa
bulan yang lalu, saya bersilaturahmi ke sekolah ini. Tepatnya ke guru-guru
pembimbing saya semasa PPL. Daannn, tahun 2014 sekolah ini makin keren! Makin
banyak guru yang S2. Setelah program RSBI dihapuskan, sekolah menerapkan konsep
adiwiyata. Ada juga kantin sehat yang harga jajanannya terjangkau.
Gambar 2: Kantin sehat di SMAN 1 Bantul |
Saya
ditraktir jajan oleh Bu Tjatur, guru pembimbing saya saat PPL dulu. Dengan
ramah beliau mengingatkan pedagang di kantin supaya menjaga kebersihan tangan
saat meracik makanan.
Gambar 3: Konsep sekolah adiwiyata |
Gambar 4: Kegiatan siswa: seni menghias dinding (mural in action) |
Banyak ilmu dan manfaat yang bisa saya
petik selama praktik mengajar di sekolah ini. Sekolah yang tidak jauh berbeda
dengan konsep sekolah impian yang mencerdaskan anak bangsa.
Sekolah
impian di mata saya adalah sekolah yang bisa menjadi ‘investasi’ bagi masa
depan anak didik. Setidaknya, beberapa hal di bawah ini ada dalam bayangan
sekolah impian ala saya:
1.Sekolah memiliki guru yang berkarakter
Dalam
menerapkan pendidikan karakter di sekolah, guru juga harus berkarakter dengan
cara memberikan
contoh yang baik melalui penerapan kode etik guru dalam kehidupan sehari-hari
serta menguasai empat standar kompetensi guru. Melarang siswa merokok di sekolah,
guru pun tidak boleh merokok di sekolah. Melarang siswa terlambat ke sekolah,
guru juga harus disiplin. Sesuai dengan falsafah lama : guru= digugu lan ditiru.
2. Penerapan pembelajaran di sekolah yang aktif dan
kreatif. Apalagi dalam menghadapi kurikulum 2013, guru dituntut inovatif. Biarkan
siswa mengembangkan konsep pelajaran lewat praktik atau pengamatan dengan bimbingan
guru. Dari situlah siswa dilatih bertanggung jawab. Siswa tidak perlu diberikan
rentetan pekerjaan rumah yang justru akan membebaninya.
Dalam
buku yang berjudul “Surat untuk Sekolah”, J Khrisnamukti menyampaikan bahwa “Pendidikan
bukan sekedar mengajarkan berbagai macam mata pelajaran, tetapi juga upaya
untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada siswa.”
3. Pemberian hukuman di sekolah harus bersifat
mendidik dengan tujuan menyadarkan siswa akan perilakunya yang salah. Namanya anak-anak,
wajar saya bila pernah melanggar peraturan di sekolah. Sayangnya, beberapa guru
menjadi tidak sabar dan memberi hukuman yang tidak membuat efek jera pada anak.
Seperti menyuruhnya lari panas-panasan keliling lapangan, membersihkan toilet
sekolah, atau memukul. Hal ini membuat anak tertekan dari sisi psikologis. Seharusnya
hukuman diganti bentuknya, seperti menyuruhnya membuat cerita tentang keluarganya
dalam bentuk tulisan minimal 1-2 halaman. Nah, dari sini guru akan terbantu
untuk mengenali pola-pola asuh keluarga siswa yang mungkin berpengaruh terhadap
perilaku ‘nakal’ siswa tersebut di sekolah.
4. Penerapan nilai pendidikan karakter di sekolah
Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat bagi guru
untuk menanamkan pengetahuan akademik kepada siswanya. Melainkan juga tempat
untuk membekali mereka dengan budi pekerti dan akhlak mulia sebagai penuntun
siswa dalam melangkah saat meraih masa depannya. Di sinilah siswa
dibekali pendidikan karakter dalam mengembangkan dirinya. Pendidikan
karakter yang bersumber dari nilai-nilai dalam Pembukaan UUD 45 dan kelima sila
Pancasila.
Contohnya:
guru mempertegas larangan mencontek ketika ujian. Contoh lainnya, yaitu
pelestarian nilai-nilai budaya lokal yang santun.
5.
Sekolah yang memaksimalkan pengembangan diri siswa, menghargai bakat dan memperhatikan
minat siswa. Patokan standar akademik seperti nilai raport yang bagus, bisa
mengusai pelajaran eksak, atau juara dalam berbagai lomba bidang studi eksak,
debat Bahasa Inggris dan olimpiade sains kadang dianggap tolak ukur untuk
menyebut siswa cerdas. Padahal, setiap anak dilahirkan dengan bakat dan
kemampuan tersendiri. Ada yang mahir berhitung, tetapi kurang menguasai bidang
olahraga. Ada yang tidak mahir dalam kemampuan verbal berbahasa Inggris, tetapi
sangat pandai menyanyi. Berbagai kecerdasan tersebut sesuai dengan konsep
kecerdasan majemuk yang dicetuskan oleh Dr,Howard Gardner dari Harvard
University.
6. Adanya program sekolah adiwiyata. Lingkungan yang
nyaman, asri dan sehat akan membuat siswa nyaman belajar. Selain itu, siswa
akan belajar mencintai lingkungan.
7. Guru di sekolah harus komunikatif, termasuk
dengan orang tua siswa. Tidak jarang guru/wali kelas menghadapi siswa yang
super bandel. Sebagai agen
perubahan, guru harus berkolaborasi dengan para stakeholder guna memecahkan permasalahan tersebut. Untuk
menciptakan sebuah perubahan kondisi pendidikan, guru harus mampu membangun
relasi yang baik dengan murid, kepala sekolah, rekan sesama profesi, komite,
bahkan orang tua murid. Dengan adanya dukungan dari stakeholder, proses pembelajaran akan berlangsung lebih
lancar.
Tentunya,
peran orang tua dan keluarga turut menyokong keberhasilan siswa dalam menuntut
studinya di sekolah. Sebuah tugas yang besar bagi orang tua, calon tenaga
pendidik, tenaga pendidik, maupun kita yang nantinya akan menjadi orang tua
untuk turut memperhatikan jalannya proses pendidikan anak di sekolah. Berikut
ini ada cuplikan video tentang Mommylicious #ParentingBook yang menarik untuk
disimak:
(953 kata, tidak termasuk judul)
Sumber foto:
Gambar 1 : http://www.sman1bantul.sch.id/html/index.php?id=galeri&kode=29
Gambar 2: https://twitter.com/Sabayouth/status/441080772783386625
Gambar 3 dan 4: http://sabagoesgreen.blogspot.com/2013/04/galeri-sekolahku.html#more
impiannya sangat mulia, jika terlaksana seperti itu. Sepertinya banyak anak anak bangsa yang cerdas ^_^
BalasHapusDilihat dari pintu masuknya saja sudah keren. Semoga sukses GA-nya.
BalasHapusini emang salah satu sekolah keren, Mbak Ina jadinya juga ikut keren karena pernah PPL disini :P
BalasHapus