Siapa yang paling tangguh diantara kami
bertiga? (Ayah, Bunda, atau Sarah?)
Jawabannya, Sarah :)
Banyak temanku tau, kalo selama kehamilan aku
ni tergolong aktif kemana-mana. Pada 6 bulan awal kehamilan, aku masih belum
mutasi dan ngekos di sebuah kontrakan 3 petak di Cibinong. Lokasi kamarku itu
di lantai 2 lho. Bahkan aku naik motor tiap hari. Tiap weekend aku naik KRL ke
Jakarta. Aku kalo jalan-jalan dan nongkrong di mall juga sampai berjam-jam. Aku
tetap masuk sekolah tanpa absen seharipun di jam kerja. Aku tetap ngerjain
kerjaan rumah bersama suami. Intinya aku tetap kesana-kemari. Sarah tetap kuat di rahimku.
Berjuang Demi Dua Detak
Dua hari sebelum lahiran, aku masih ikutan
seminar BK. Sampai akhirnya ketuban pecah dini kejadian di usia kehamilanku 37
minggu hari pertama. Subuh itu, hari ketigaku cuti kerja. Rasanya kayak ngompol
cuy. Bening, ngalir mulu. Suami nganterin aku ke IGD Puskesmas. Setelah dicek
dengan kertas lakmus, iya bener itu ketuban. Sampai siang dicek bolak-balik
nggak ada bukaan, aku dirujuk ke RSIA Budi Kemuliaan. Pengalaman pertama naik
ambulans cyin!
Dicek bukaan dengan dua jari bidan masuk ke
organ intim itu, nggak nyaman banget. Apalagi belum ada bukaannya….
Ibuku langsung naik kereta dari Cilacap. Kalo
Bapak, kebetulan lagi di Jakarta. Setelah hampir 12 jam nggak ada bukaan, aku
harus ngejalanin tahapan induksi. Aku deg-degan, kabarnya induksi itu sampai
2-3 kali lipat sakitnya dari persalinan normal sebab mulesnya dipacu. Induksi
pertama, dengan serbuk obat yang dimasukin ke alat vital. Okelah masih bisa
ditahan mulesnya. Tapi semalaman mulesnya bikin nggak bisa tidur. Besoknya
habis subuh belum ada bukaan. Trus induksi kedua dan sampai agak siang baru
nambah ke bukaan dua.
Segitu mulesnya baru bukaan dua gaes wkwkwkw
Sempet pengen nyerah, pengen sesar. Aku agak
was-was bayiku kelamaan di dalam karena ketubannya ngalir terus. Tapi dari hasil
rekam detak jantung bayi (CTG) masih oke. Keluarga menyemangati kalo aku bisa
normal.
Induksi ketiga pake infus. Akhirnya bukaanku
perlahan nambah. Di bukaan 5, rasanya nyeri banget. Suamiku yang lagi istirahat
buat mandi segera nyusul ke ruangan. Aku siap-siap mau dibawa ke ruang
bersalin. Waktu aku liat ibuku, aku nangis…nangis bukan karena mules nggak
karuan. Tapi inget kalo aku banyak salah ke ibu :) Padahal ibu tulus banget ke
aku.
Aku katakan aku pasrahkan semuanya, aku
ikhlas kalo proses lahiranku harus gini. Dalam hati aku mohon ampun sama Allah,
kalau aku terlalu banyak berharap yang mungkin bukan takdir menurut-Nya. Aku
paham, sekuat dan serajin apapun usahaku selama hamil (ikut senam hamil
misalnya), tetaplah Allah yang memegang peranan. Jadi yang perlu aku lakukan
adalah berbaik sangka pada-Nya. Nggak henti aku berdoa supaya Allah selamatkan
anakku. Aku katakan janinku calon anak yang baik dan dia nggak pernah nyusahin
aku selama kehamilanku ini, jadi aku mohon Allah memudahkan kelahirannya.
Keberhasilan induksi itu hanya 50%, kalo
gagal ya disesar.
Lemas banget rasanya. Berkali-kali bidan
ngingetin cara ngejan yang baik, yang juga diajarin di senam hamil. Yach aku
udah kehabisan tenaga buat teriak nahan efek induksi hehehe bikin aku ga fokus
ama arahan bidan. Aku ingin segera lihat babyku. Aku benar-benar sudah sampai tahap ikhlas dan
pasrah dengan ketentuan Allah. Aku yakin Allah pasti baik padaku dan anakku.
Bukaan 8 suamiku jadi korban kegaranganku di
ruang bersalin. Bukaan 9-10 detak jantung janinku satu-satu. Karena tenagaku
makin berkurang, akhirnya dokter mutusin buat nyoba jalan vakum. Jalan lahir
digunting deh. Alhamdulilah berhasil
sehingga nggak harus operasi sesar.Akhirnya...setelah hampir 12 jam ketuban pecah dini dan hampir 24 jam proses induksi, Sarah lahir pada 6 September 2018 jam 15.15 WIB.
Welcome to the world, Sarah Azizah Paramitha.
Benar orang bilang, dijahit itu nggak sesakit
menahan kontraksi. Hahaha….
Ibu-ibu muda banyak yang nanyain ke aku.
“Kamu trauma nggak melahirkan?”
Enggak. Itu udah kodrat. Masalah rasa nyeri
dan proses yang kualami, ya..itu udah terlewati. Kalo dengan cara tersebut bisa
membuka jalan untuk kami bertemu dengan si kecil, why not?
Hanya nantinya di kehamilan berikutnya, aku
bakal ngurangin aktivitas pecicilanku.
Eh, tapi kapan Sarah mau punya adik ? :-D
Tidak ada komentar
hay. feel free to say anything, except SPAM :-D . i don't want to miss any comment and i will approve your comment here.
If anyone feel that I have"something wrong" in this article, please let me know immediately and i will repair it.